ISI DAN KESIMPULAN "Karakterisasi Buah Merah" - Papuan Herbalism

Selasa, 20 November 2018

ISI DAN KESIMPULAN "Karakterisasi Buah Merah"

A. KARAKTERISASI FISIK 
Karakteristik fisik buah merah (Pandanus conoideus Lamk) secara umum yaitu chepalium buah merah terdiri dari sebuah tubular yang berbentuk segitiga silindris, dan berwarna kuning terang sampai merah tua dengan panjang 42-70 cm (100-110 cm), dan 9,6-11 cm dengan diameter lingkar ( 30-34,5 cm), yang kemudian didalam chepalium terdapat pedicel putih; dan disusun oleh banyak orang buah tunggal (drupa). Drupa atau buah tunggal memiliki bentuk segitiga dengan pericarp (lapisan buah tunggal) dan mengandung lemak (pulp) kuning atau merah yang disekitar biji. Dari 23 klon buah merah yang di teliti, 9 klon buah merah diantaranya tidak diteliti ukuran dan bentuk buah hanya warna buah. Klon dengan warna yang berbeda hanya satu yaitu Menjib rumbai berwarna kuning sedangkan yang lainnya berwarna merah hingga merah tua. Klon buah merah Hityom dari Manokwari dan Tawi Ugi dari Jayawijaya memiliki panjang buah dan ukuran drupa masing-masing 76 cm - 1,8 cm dan 75 cm - 1,6 cm. Sedangkan klon yang memiliki panjang buah dan ukuran drupa kurang dari 42 cm adalah Memiwuk yang berasal dari Teluk Bintuni yaitu 21 cm – 1,7 cm.  (Waluyo et al 2007 dalam Murtiningrum et al.,2013)
Gambar Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.)
Photo : Doc Pribadi

Gambar isi buah merah (Chepalium)
Photo : Doc Pribadi
Selain karakteristik fisik yang berbeda pada tiap klon buah merah di setiap daerah. Lingkungan di Papua yang beragam juga berefek pada kandungan bioaktif dalam buah merah. Dataran rendah merepresentasikan buah merah kandungan bioaktif tinggi sedangkan buah merah yang berada di dataran tinggi memiliki kandungan bioaktif rendah. Dalam penelitian Sarungallo Z. L et al.,2016 umumnya klon yang ditanam di dataran rendah cenderung menghasilkan kandungan karotenoid lebih tinggi daripada yang tumbuh di dataran tinggi. Hal itu juga menjelaskan bahwa karotenoid ditemukan di daun dan batang tanaman yang berperan penting dalam proses fotosintesis dan melindungi terhadap kerusakan foto-oksidatif, dimana kadar di kloroplas daun dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Dengan demikian daerah dataran rendah dengan suhu relatif lebih hangat lingkungan dengan intensitas cahaya yang lebih tinggi akan memicu tanaman menghasilkan karotenoid. Me'ndez et al  2000, menyatakan bahwa biosintesis karotenoid tanaman dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti ekspresi gen yang mengatur karotenogenesis, karakteristik fisiologis dan morfologi klon mempengaruhi pertumbuhan dan kandungan nutrisi serta fitokimia buah merah yang ditemukan pada daerah tersebut.

B. KARAKTERISASI FITOKIMIA

Analisis kandungan nutrisi dan fitokimia pada 16 klon buah merah adalah sebagai berikut : kadar abu (2,03-3,50%), protein (3,12-6,48%), karbohidrat (43,86-79,66%), vitamin C (3.78- 21.88 mg/100g) vitamin B1 (0.97-3.14 mg/100g) Kalsium (0.53-1.11%), Zat Besi,( 8.32-123.03%,), Fosfor (0.01-0.33%), total karotenoid (333-3309 ppm) dan total tokoferol (964-11918 ppm). Sedangkan pada 9 klon buah merah memiliki kandungan nutrisi dan fitokimia adalah sebagai berikut: kadar air (0,07-0,18%), asam lemak bebas (asam oleat) (4,3-9,2 %), angka peroksida (0,36-0,84 meg/kg), angka yodium 79-85,5 g/100 g). fosfor (37-374 ppm). Ī± –cryptoxanthin (5,4-138,5 ng/mg). Ī²-cryptoxanthin, (3,9-29,4 ng/mg). Ī± – karoten (3,5-80,0 ng/mg ) dan Ī² – karoten (50,8-118,0 ng/mg). Standar SNI yang diijinkan yaitu 0,5 % kadar air yang lebih dari pada 0,5 % dapat menyebabkan reaksi hidrolisis yang menyebabkan minyak rusak, ditandai dengan meningkatnya kadar asam lemak bebas (Ngando et Al. , 2006 dalam Zarungallo Z. L et al 2016) 

Asam lemak bebas atau FFA yang di teliti merupakan asam oleat. Tingkat FFA yang tinggi di minyak buah merah mengindikasikan terjadinya hidrolisis minyak, yaitu, putusnya ikatan ester antara asam lemak dan gliserol untuk menghasilkan FFA. Hidrolisis dapat dipicu oleh adanya aktivitas lipase air dan buah internal (Ngando et al., 2006), pada proses pasca panen dan selama proses ekstraksi minyak. Perbaikan pasca panen penanganan buah merah sangat dibutuhkan. Selanjutnya, Sarungallo Z.L 2016. menyatakan perbedaan dalam persentase FFA di minyak buah merah mungkin juga dipengaruhi oleh perbedaan klon dan kematangan buah. Kemudian angka peroksida perlu diukur dan diketahui dalam rangka mengukur oksidasi lemak sedangkan dan angka yodium di teliti untuk indikasi asam lemak tak jenuh. 

Klon buah merah monsmir yang memiliki kandungan lemak yang tinggi yaitu (30.72%) dibandingkan klon buah merah lain. Hal ini dikuatkan dengan pelaporan Budi dan Paiman 2004 dalam Murtiningrum et al 2012yaitu diperlukan suhu 23-33o C untuk menanam tanaman buah merah  dan di daerah dengan kelembaban cukup. Monsmir berasal dari dataran rendah Kecamatan Merdey, Teluk Bintuni yang memiliki temperatur suhu 27,4 C dan kelembapan cukup untuk pertumbuhan sehingga memiliki kadar lemak tinggi. Selain lemak kandungan vit C, vit B1,Zat besi, fosfor, kalsium, total karotenoid dan total tokoferol juga menunjukkan nilai yang tinggi dibandingkan klon buah merah dataran tinggi.

C. METODE EKSTRAKSI

Metode analisis dengan ekstraksi kering panas dan perlakuan tekanan tinggi yang dapat menyebabkan degradasi karoten. Menurut Knockaert et al yang dikutip oleh Sarungallo et al.,2015, dengan sistem ikatan ganda terkonjugasi membuat karoten juga sangat rentan terhadap isomerisasi dan oksidasi oleh panas serta tekanan tinggi dan pengolahan mekanis seperti pencampuran atau homogenisasi selama pemrosesan. Isomer cis dari Ī²-karoten memiliki aktivitas provitamin A yang menurun dan aktivitas antioksidan yang berubah. Untuk itu perlu adanya penanganan pasca panen yang tepat agar kandungan karotenoid dapat terjaga kualitas dan kuantitasnya.   


Komponen utama dari karotenoid minyak buah merah dibandingkan dengan sumber karotenoid lainnya Ī±- dan Ī²-karoten pada minyak buah merah lebih rendah dari minyak sawit mentah (crude palm oil / CPO). CPO mengandung Ī±-karoten 181-253,4 ng / mg dan Ī²-karoten 272- 381 ng / mg (Sudram K et al dalam Sarungallo 2015) . Namun, minyak buah merah memiliki kandungan Ī±- dan Ī²-karoten yang lebih tinggi daripada wortel, ubi jalar dan jagung. Wortel mengandung Ī±-karoten 25-49 ng / mg dan Ī²-karoten 55-103 ng / mg (Heinonen MI dalam Sarungallo 2015) sementara ubi jalar orange mengandung Ī±-karoten 3,8-9,0 ng / mg dan Ī²-karoten 14,4-33,1 ng / mg (Liu SC et al., dalam Sarungallo 2015); dan termasuk jagung mempunyai kandungan karotenoid Ī²-cryptoxanthin 0,2727-0,23 ng / mg dan Ī²-karoten 0,049-0,46 ng / mg (Parra CDL, et al dalam Sarungallo 2015). Maka dapat dikatakan minyak buah merah mengandung kandungan karotenoid yang tinggi dibandingkan bahan pangan lainnya walaupun kandungan karotenoid dalam minyak sawit lebih tinggi. Hal ini merupakan nilai tambah dari minyak buah merah karena tidak seperti minyak kelapa sawit yang akan digunakan dengan cara dipanaskan lagi sehingga kandungan karotenoidnya akan menurun minyak buah merah setelah di produksi akan langsung dikonsumsi sehingga kemungkinan kehilangan kandungan karotenoid rendah.


Angka kandungan karotenoid  yang berbeda-beda untuk setiap klon buah merah. Penelitian ini dilakukan oleh Wada M et al 2013, jumlah keempat karotenoid dalam kisaran sebagai berikut; Ī±- cryptoxanthins: 0.6 - 3.1 mg/100 g, Ī²-cryptoxanthins: .4 - 9.0 mg/100 g,  Ī±- carotenes: 10.2 - 0.9 mg/100 g dan Ī²-carotenes: 1.5 - 6.7 mg/100 g. Sampel keempat atau yang disimbolkan D dari buah kuning tidak ditemukan karotenoid atau tidak terdeteksi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarungallo et al 2015 yang menunjukkan kandungan karotenoid pada klon Pandanus conoideus Lamk berwarna buah kuning (Menjib rumbai) memiliki  kandungan karotenoid yang tinggi dibandingkan dengan klon Pandanus conoideus Lamk lainnya.  Untuk itu diasumsikan bahwa dengan adanya perbaikan atau modifikasi metode yang dilakukan oleh Sarungallo et al 2015 kandungan karotenoid pada beberapa klon buah merah  dapat di deteksi.

Metode yang digunakan adalah analisis kromatogram menggunakan HPLC yang terdiri dari Shimadzu LC-10ATvpchromatographic pumps (Kyoto), a Develosil Combi RP-5 C30-column (50 x 4.6 mm, i.d., 5 Ī¼m, Nomura Chemical,Tokyo), dan Shimadzu SPD-10 AV UV-VIS detector (Shimadzu), 7125 injector dengan sampel loop 20 Ī¼l. (Rheodyne, CA, U.S.A.). Sedangkan untuk fase gerak terdiri dari (a) campuran acetonitrile dan water (80:20,v/v) mengandung 0.05% TEA dan (b) campuran dari acetonitrile, methanol and ethyl acetate (68:5:27, v/v/v) mengandung 0.05% TEA. Pemisahan karotenoid dideteksi dengan panjang gelombang 450 mn dan total waktu kromatografi adalah 45 menit dari 1 ml/min.

KESIMPULAN

1. 1 Klon buah merah yang telah diteliti sebanyak 23 klon tersebar pada 6 kabupaten/kota yaitu Manokwari, Teluk Bintuni, Sorong Selatan, Nabire, Jayawijaya, dan Jayapura.
2.   2 Setiap klon buah merah memiliki nama berbeda-beda yang dinamakan sesuai dengan kearifan lokal masyarakat secara turun temurun diantaranya 10 klon dari Manokwari: Menjid Rumbai, Edewewits, Memeri, Monsrus Monsor, Hibcau Idebebcs, Hityom, Himbiak, Hibnggok, 3 klon dari Teluk Bintuni: Monsmir, Memyer, Memiwuk, 3 Klon dari Sorong selatan: U saem, U sauw, U aupat, 3 klon dari Nabire: Tawi bilim, Tawi Muni, Tawi Kubu, 3 klon dari Jayawijaya: Tawi ugi, Tawi Magari, Tawi kenen,dan 1 klon dari Jayapuran: Mbarugum,
3.  3 Setiap klon buah merah memiliki kandungan nutrisi dan fitokimia yang berbeda yaitu kandungan tertinggi didapati pada klon yang habitatnya didataran rendah yaitu Teluk Bintuni dan Nabire. Sedangkan untuk fisik buah yang terbesar terdapat pada klon dengan habitat di dataran tinggi yaitu Manokwari dan Jayawijaya.

1 komentar:

  1. Wah ternyata buat merah memang bukan sembarang buah, jadi ingat waktu kecil dulu sering makan buah merah dgn petatas.

    Artikelnya sangat bagus dan bermanfaat.

    Salam Blogger

    BalasHapus